2.04.2010

Si Manyun

Aku mengenalnya 3 hari semenjak kedatanganku di Balikpapan. Tak ada sedikitpun senyum tersungging di bibirnya. Manyun abiessss.... Nada bicaranya pun tak ada ramah-ramahnya sama sekali, hanya kata-kata seperlunya yang keluar dari mulutnya. Itupun jika dia butuh atau merasa terusik, bila tidak dia akan tetap diam dan bermuka manyun.

Sebulan kujalani hari-hariku di Balikpapan tanpa terlalu banyak berurusan dengannya. Hanya seperlunya dan sekenanya saja bila harus berkata-kata dengannya. Namun, karena suatu hal, akhirnya aku hidup satu atap dengannya. Aku satu tempat kos dengannya, huuuft!!

Sekali mengajak pulang bersama, lain hari mengajak makan malam bersama. Tiga minggu terlewati tinggal bersama ternyata menimbulkan hal-hal yang tak terduga bersama. Muka manyunnya tak sesering dipasang seperti dulu. Makin banyak senyum tersungging di bibirnya. Ceria terasa dunia bersamanya, tak semuram dulu.

Yah, si manyun sudah tak manyun lagi. Makin ceria dan genit menggoda. Korbannya tak lain bukan ya diriku ini, terikat janji yang ditarik ulurnya sesuka hatinya. Meski kumaki sampai letih, tak henti bibirnya tersenyum dan menggodaku. Uuuh, aku benci senyumnya.... membuatku harus bermain api!

2 komentar:

  1. main apiiiiii
    kebakar atuh jeng...
    tapi ga papalah kalo mau membakar hati..btw ini yang kambing atau coklat?

    BalasHapus
  2. bukan 2-2nya, hehehhee....
    he is another guy...
    lebih genit menggodaiku, aneh kan?

    BalasHapus

terima kasih telah berkunjung