9.27.2013

Busway

Jodoh itu mirip busway...

Pertama lewat, bukan jurusan yang kau tuju.

Kedua lewat, jurusan yang kau tuju namun ia menolakmu naik karna penuh.

Ketiga lewat, ia kosong namun tak mau berhenti karena itu bukan pemberhentian ia.

Keempat lewat, bukan bus tujuanmu namun ia mempersilahkan kau masuk agar kau bisa setengah perjalanan menuju tujuanmu. Ujian kesabaran mulai hadir.

Kelima lewat, ia sama dengan bis keempat. Butuh keberanian untuk memutuskan apakah kau akan naik atau tidak dan perlu keikhlasan atas resiko keputusanmu itu. 
Bila tidak, maka kau akan bertemu dengan bis keenam di tempat yang sama namun dengan resiko ia memiliki tujuan akhir yang berbeda denganmu. 
Bila kau memutuskan untuk naik, maka kau akan bertemu dengan bis keenam di tempat yang berbeda namun ia memiliki tujuan akhir yang sama denganmu. 

Bis yang keenam akhirnya tiba setelah hampir 2jam lamanya kau menantinya atau bisa jadi ia lebih lambat lagi tiba, dimanapun kau menantinya. Bisa jadi memang bis itulah yang membawamu ke tujuan akhirmu.

Bis itu tak sempurna, kau tak mendapat kursi tuk duduk dan pendinginnya yang sudah lapuk tak mampu mendinginkan hati dan kepalamu yang berisi berbagai hal. Lengkaplah sudah. Tapi kau bersyukur, bahwa apapun kekurangannya, ia tetap berusaha membawamu hingga ke tujuan akhirmu dengan berupaya sebaik-baiknya asalkan kau mau kooperatif dengan situasi itu hingga tujuan akhir kalian tercapai.

Pembelajarannya adalah bis manapun yang kau pilih atau yang mengajakmu tuk menuju ke tujuan akhirmu tak terlepas bagaimana kau menantinya tiba dan upaya untuk tetap bersamanya ketika hal terburuk pun harus kalian hadapi bersama dengan cara, sikap, dan pola pikir yang berbeda namun bertujuan sama.

*...dan saya masih menanti bis bertujuan akhir sama dengan tujuan akhir saya dengan penuh sabar dan ketidaksempurnaan...*