8.16.2009

ku benci dia

Yap!
Aku memang membencinya, luar dalam. Sama halnya aku membenci diriku sendiri, luar dalam pula.
Kenapa aku harus hidup seperti ini, diantara mereka yang selalu mencibir padaku? Salahkah bila ku tak cantik? Salahkah bila ku tak kurus dan langsing? Salahkah bila ku senang belajar? Salahakah bila ku ingin menjadi cerdas dan memiliki kemampuan 'istimewa'?

Aku terlahir dengan darah yang telah tercampur baur, bukan spesies murni. Banyak bagian dari fisik tubuhku yang sebenarnya cacat namun aku bersyukur karena aku masih lebih beruntung daripada orang-orang yang memang cacat mental dan senang menjual kekayaan bangsanya sendiri ke bangsa lain. Tak ada yang bisa benar-benar kubanggakan dari diriku selama ini. Namun bila ditilik lebih lanjut, seharusnya aku bisa bangga dengan apa yang telah kudapat selama ini. Semua proses hidupku terlihat berjalan mulus meski yang kurasa berbeda. Ada konflik batin setiap kejadian dan masalah yang datang. Entah dari lingkungan sekitar, konsep agama, maupun dari dalam diriku sendiri yang kesemuanya selalu berujung ke kebencianku pada diriku sendiri.

Apakah aku bibit unggul? Bukan, kakakku jauh lebih cantik dan seksi ketimbang diriku yang tidak jelas ini. Apakah aku pintar? Tidak, laporan prestasi akademisku tidak ada yang benar-benar bisa dipamerkan dan aku selalu kesulitan dalam memahami ucapan dari pengajar atau dengan kata lain aku harus mengulang semuanya terlebih dahulu barulah aku akan dapat mengerti. Apakah aku seorang yang baik? Tidaklah sepenuhnya benar, karena aku galak, jutek, keras kepala, terkadang malah bebal. Semua hal tersebut bisa disimpulkan bahwa aku bukanlah seorang yang baik. Sebagai seorang pasangan hidup pun aku juga bukan pasangan yang tepat. Paling tidak hingga detik ini karena aku belum ditemukan kembali oleh Sang Pencipta ruh dengan seseorang yang berjodoh denganku. Aku terlalu mandiri untuk dikasihi, aku terlalu dewasa untuk dimengerti, aku terlalu cerdas untuk dipimpin, aku terlalu memberi untuk diberi, aku terlalu ini dan itu.

Seharusnya aku tidak boleh membenci namun menerima. IKHLAS, itulah kunci utama seorang manusia hidup
di dunia ini dan aku belum dapat menerapkannya dalam hidupku. Itulah mengapa aku masih membenci diriku sendiri. Karena tak sepantasnya-lah aku membenci orang lain dan menyalahkannya. Adakah kini yang mau membantuku melalui semua ini? Aku ingin belajar, belajar mencintai diriku sendiri hingga akhirnya aku dapat menemukan cinta sejatiku....