4.16.2014

Senja di Sekolah Masjid Terminal Depok

Cukup seringlah saya melewati jalan itu tanpa pernah sadar bila di tepi jalan itu berdiri suatu bangunan tempat belajar mengajar. Sore itu saya kembali ke sana dengan tujuan dua hal, yaitu : buka puasa bersama alumni UGM sekalian bakti sosial utk Sekolah The Master. Saya sama sekali tidak tahu menahu tentang agenda acaranya akan seperti apa karena keikutsertaan saya sore itu tak lebih dari ajakan koh Oyong Hendri dan memang saya tak ada acara apa-apa sore itu. Pepatah cina nya itu "waton melok kumpul-kumpul lan dadi pupuk bawang".

Ya, sore itu kenyataan berkata lain. Saya, yang ketika acara dibuka oleh mas Puthut, sengaja memilih langsung duduk di tengah arena agar dapat berbaur dengan peserta baksos. Saya pun ikut memperhatikan arahan-arahan dari mas Puthut yang sore itu bertindak sebagai pengisi acara-yang menurut pemikiran saya saja sih. Di tengah-tengah acara pembukaan oleh mas puthut, mendadak nama saya disebut untuk berbagi cerita dengan peserta baksos, tanpa ada tema sama sekali. "Lha blaik jal..!! Bakal ngapain nih..? Curang banget sih, yang lain dikasih tema lha saya disuruh menjawab pertanyaan apapun dari mereka.", itu semua yang ada di otak saya saat itu.

Ice breaking kelompok saya dimulai dengan pemberian senyum lebar kepada semua partisipan dan kalimat pembuka "Yak, selamat sore semuanya, seperti yang tadi sudah disampaikan, adakah yang ingin bertanya-tanya? Bisa tentang apa aja sih nanyanya...dan inshaAlloh bakal saya jawab selama saya bisa jawab ya.."
Dan ternyata segerombolan cewek-cewek ABG itu dengan cepat bertanya "Di UGM ada jurusan apa saja ya kak?", belum sempat saya jawab, ada yang menambahi "Ada jurusan arkeolog gk kak?",,di otak saya cuma terlintas "wedew..!"
Mungkin karena tampang saya berubah bingung n galau, merekapun terdiam. Saya akhirnya menjawab "UGM punya buanyak jurusan, keknya semua ada deh, cuma untuk detilnya saya gk hapal." Langsung ada yang menyahut "Kakak jurusan apa? Di Jogja ngekos atau rumah sendiri? Kakak kuliah bayar sendiri atau dapat beasiswa?", satu persatu saya coba jawab hingga ada pertanyaan yang cukup menggelitik "Jadi sebenernya, kakak ini kuliahnya jurusan teknik ato hukum? Sekarang semester berapa?". Sontak saya langsung merasa gdubrak krompyang,, saya masih dianggap mereka sebagai bukan alumni. Woy...!!! Seimut itukah saya.? :p wkkkk...
Di setiap jawaban saya atas pertanyaan mereka, agak saya beri sedikit doktrinasi sih bahwa janganlah sekedar ingin kuliah untuk bekerja ikut orang, tapi berkuliah untuk menambah ilmu, wawasan dan memperluas pola pikir dan cara pandang kita dalam hidup. "Terapkan saja ilmu yang sudah bertambah itu dengan membuka lapangan pekerjaan sendiri,, bisa dari pengembangan hobi maupun karena kebutuhan orang-orang yang ada di sekeliling tempat tinggal kita". Masih ada lagi pertanyaan, "Kakak cita-citanya dulu apa? Kesampaian gk? Trus kalau sampai salah ambil jurusan kuliah bagaimana dong caranya? Bisa pindah gk sih?", jawab saya sederhana, saya ceritakan saja kisah saya "Dulu saya bercita-cita masuk kuliah jurusan nuklir tp karena dilarang orang tua, akhirnya cita-cita saya ganti 'pengen jadi orang sukses', meski merasa sudah salah jurusan, semuanya saya syukuri dan tetap jalani asal saya bisa sesukses keinginan saya. Berdamailah dengan keadaan bila kenyataan tak sama dengan impian,, terus belajar, berusaha, dan berdoa,, Tuhan pasti kasih solusinya. Selama apa yang kita lakukan itu positif, pasti hal-hal baik akan mengikuti hingga kita tak sadar kalau sebetulnya kita sudah salah ambil jurusan." Dan wajah-wajah lugu itu mengangguk-angguk setuju, dimana beberapa ada yang nampak mendapat semacam 'pencerahan' dan beberapa lagi langsung sibuk kembali ke kesibukannya sendiri-sendiri alias ngobrol entahlah apa dengan temannya.

Dalam hati sih mbatin "Buset dah, kok malah jadi provokator gini sih, haduh, kalo menyesatkan gimana ya.? Ah, cueklah,, toh gk kusuruh bikin bom or teror ini." :D

Dan sore itupun berganti menjadi petang tatkala acara berganti menjadi kultum oleh ustadz entah siapa,serta saya malah jadi kebingungan sendiri mo ngapain lagi kala itu.