7.14.2015

Memilih (atau) Dipilih

Saya pun tak paham kenapa dia yang dipilihNya.

Meski saya berkoar-koar pengen banget ketemu NicSap secara langsung, bukan berarti NicSap yang saya pilih tuk jadi pendamping saya. Saya hanya pengagum NicSap, kalau tuk jadi lebih dari itu saya tak minat. Ketampanan dan kepiawaiannya berakting bakal tak lagi murni saya nilai bila porsi saya lebih dari sekedar pengagum, dan saya tak mau itu terjadi.

Anda tak tahu siapa NicSap? Tak apa, bukan lantas Anda akan menjadi orang penting bila Anda tahu siapa NicSap kok ;)

Kembali tentang orang pilihan, selalu ada jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul di kepala saya. Bila dimulai dari kata kenapa, rekap hasil jawaban menunjukkan bahwa saya memang sudah mulai berbeda memandang dunia dan perkembangannya. Tak lagi hanya ego, namun demi kebaikan bersama. Terlalu berkompromi? Mungkin. Karena pengalaman hidup mengajarkan saya bahwa bila terlalu besar ego kita maka semestapun takkan mendukung usaha kita. Hasil yang kita idamkan bisa jadi malah musnah atau akan balik menyerang kita.

Pada titik hidup inilah saya paham kenapa kalimat 'terlalu banyak pilih-pilih sih' muncul dan menjadi trending topic jawaban bagi para penanya status para jomblo. Hidup memang rumit dan banyak ragam masalah yang muncul sehingga kita harus membuat pilihan. Namun seringkali kita lupa bahwa pemilik hidup ini bukanlah kita, sehingga pilihan yang kita ambil seringkali berdasarkan ego kita dan bukanlah berdasarkan Sang Maha Pemilik. Serumit-rumitnya jalan yang kita tempuh, bila pilihan itu berdasarkan Sang Maha Pemilik, maka hasilnya adalah 'win-win solution' alias kemenangan bersama, tak akan ada yang dikecewakan 100%.

Kemenangan bersama tidak pernah menyatakan keinginan semua orang terpenuhi 100%, sehingga kekecewaan pastilah tetap ada namun berkadar rendah dan sifatnya solutif bila kita permasalahkan. 

Tak percaya? Cobalah praktekan.!
Lakukan semua hal berdasarkan Sang Maha Pemilik, atau kalau untuk saya artinya adalah lillahi ta'ala. Bila tak jua berujung kemenangan bersama, dapat dipastikan dasar Anda belumlah ke Sang Maha Pemilik namun hanya baru ke Sang Pemilik karena ego Anda yang masih membahana di benak Anda.

Musuh terbesar dalam hidup adalah ego diri sendiri. Saya mencoba mengalahkan ego saya beberapa bulan terakhir ini. Semua berawal dari kalimat yang saya temukan di salah satu medsos, yaitu "jodoh jangan dicari, tapi dijebak". Lama saya mencoba memahami hingga akhirnya saya paham arti kata "dijebak". Kata yang berkonotasi negatif namun bila kita mencoba melihat bukan dari sisi kata itu sendiri maka hasilnya bukan hal yang negatif. Suatu jebakan membutuhkan perhitungan yang terkonsep baik. Selalu memiliki cadangan konsep bila konsep sebelumnya tidak berhasil. Namun tolong buang jauh2 semua hal buruk untuk materinpenusun konsep bila hasil yang ingin kita jebak adalah suatu hal baik. Bingung? Cara bekerja Tuhan memamg tak kan pernah tak membingungkan makhlukNya. Bila tak bingung, bisa jadi itu masih cara kerja manusia; bukan Tuhan.

Aiih, sudahlah...saya saat ini ingin berdoa agar saya termasuk golongan kaum yang tak lelah untuk memanjatkan doa-doa baik untuk diri saya sendiri dan semua orang. Aamiin.


Psst. Hadiah terbaik adalah kejutan, dan itu makin istimewa bila dari Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah berkunjung